Senin, 15 Desember 2014

Konjen AS Kenakan Batik Motif NU Saat Ziarahi Gus Dur

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake Jr. mengenakan pakaian batik bermotif mega mendung warna ungu saat mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis, 11 Desember 2014.
[Continue Reading]

Selasa, 02 Desember 2014

Sarwidi Membuat Batik Tanpa Bahan Pewarna Kimia

Proses pencelupan warna batik selama ini lekat dengan stigma bahan kimia, namun tidak bagi batik buatan Sarwidi. Warga Jarum, Bayat Klaten ini mewarnai kain batiknya menggunakan bahan dari alam.
[Continue Reading]

6 Alasan Mengapa Batik Indonesia Mendunia

Tak dapat dipungkiri bahwa Batik Indonesia sekarang sudah sangat mendunia. Bahkan banyak tokoh dunia yang menggunakan batik karena sangat mendunianya batik Indonesia. Para selebritis Hollywood pun banyak yang suka dengan Batik Indonesia.
[Continue Reading]

Kain Batik Berumur 250 Tahun Milik Perempuan Jepang

Penggemar batik memang bukan hanya orang Indonesia semata. Perempuan Jepang ini bahkan memiliki koleksi batik yang tergolong langka.
[Continue Reading]

Mengenal Batik Motif Histologi Buatan Mahasiswa FKU UGM

Mahasiswa UGM, Yogjakarta kini memunculkan kreasi baru. Sejumlah motif batik yang ada di pasaran saat ini mungkin sebagian besar telah dikenal oleh masyarakat, khususnya penggemar dan pengoleksi batik.
[Continue Reading]

Saat Kirab Jokowi-JK Peserta Red Batik Solo Unjuk Gigi

Pawai Budaya Rakyat Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla didominasi kebudayaan Indonesia. Salah satunya, Red Batik Solo.
[Continue Reading]

Senin, 01 Desember 2014

Model Batik Di Fashion Week Paris dan London

Masih menganggap pakaian tradisional kita sebagai sesuatu yang kuno? Jika kini kami tunjukkan label-label yang terinspirasi dari motif kain batik dan kain ikat kita pada koleksi terbarunya, apa kamu masih berpendapat yang sama?
[Continue Reading]

Sabtu, 29 November 2014

Mengenal Jenis-jenis Kain Batik

Kain Batik tidaklah sama dengan kain untuk membuat kaos oblong. Dalam membuat batik, tidak semua kain bisa digunakan dalam membuat batik. Hanya kain-kain tertentu yang cocok digunakan untuk membuat batik.
[Continue Reading]

Kolaborasi Batik Dengan Tato Dan Gaya Rambut

Tak sedikit desainer yang mencoba mengemas batik dalam bentuk busana yang lebih modern. Kali ini kreasi unik datang dari Bai Soemarlono dan Joseph Lim.
[Continue Reading]

Busana Muslim Batik yang Chic dan Etnik Karya NurZahra

Busana muslim memiliki tempat tersendiri di industri fashion Indonesia. Indonesia pun ditargetkan menjadi salah satu pusat mode hijab dunia di 2020. Dalam gelaran hari pembukaan Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 pada Sabtu (1/11/2014), fashion show khusus hijab juga tak lupa dihadirkan. Parade busana gabungan itu menampilkan empat brand busana hijab ternama, salah satunya NurZahra.

Dikutip dari Wolipop, nama NurZahra tentunya sudah tak asing lagi di kalangan penggiat fashion hijab. Merek yang mengusung teknik pewarnaan batik tersebut pernah mencuri perhatian ketika tampil di Tokyo Fashion Week hingga masuk dalam situs fashion Women's Wear Daily.

Brand yang digawangi oleh Windri Widiesta Dhari itu kali ini menampilkan koleksi Spring/Summer 2014. Koleksi bertajuk Hanging Garden tersebut pun terinspirasi oleh keindahan legenda taman Babylonia.

Inspirasi taman legenda tersebut sepertinya dituangkan Windri melalui motif floral yang dihadirkan pada koleksinya. Ada sekitar enam corak utama yang kerap dikombinasikan dalam satu set tampilan.

‎Tampilan semakin menarik dengan diterapkannya model jilbab Babushka yang sering dikenakan wanita Polandia serta Rusia sebagai penutup kepala. Kemudian diaplikasikan pula sepatu Broque asal Skotlandia sehingga menghadirkan tampilan yang chic dan etnik.

Menggunakan bahan-bahan seperti cotton voile, sutra, dan tenun dobi, Windri banyak menghadirkan busana dengan siluet A-line yang longgar. Warna-warna dibuat sejuk dengan biru indigo, putih, serta abu-abu.

Sebuah gaun berbatik bunga warna coklat tampil dengan ruffle di bagian bawah. Busana itu dipercantik dengan manset lengan ruffle berwarna biru yang membuat tampilan menjadi lebih atraktif. Selain itu, cukup banyak pula jubah yang dipadankan dengan atasan dan celana yang masing-masing memiliki warna serta motif yang berbeda-beda. Tidak menjadi aneh, tampilan tersebut justru dikemas apik.

Tak kalah dengan NurZahra, Dian Pelangi pun menampilkan sesuatu yang berbau etnis namun lebih ke dalam negeri. Desainer 23 tahun itu mengedepankan tema Miss Palembang in New York. Sesuai dengan tajuknya, Dian mencoba menyuguhkan sosok wanita sejati Palembang dengan mengangkat songket asal kota pempek tersebut.

Songket itu pun umumnya dijadikan atasan dengan struktur pundak yang tegas serta sesekali berpotongan mullet. Sebagai bawahan Dian banyak menerapkan rok beludru. Koleksi berkesan elegan serta mewah ini pernah Ia tampilan di Washington DC Fashion Week.

Kemudian ada pula brand Etu yang menampilkan busana hijab serba putih. Koleksi bertajuk Metropolished itu merupakan koleksi Spring/Summer 2014 Etu. Rangkaian tersebut pun berkesan androginy, dan sedikit edgy.

Sang desainer, Restu Anggraini juga banyak mengusung material anyam yang dihadirkan sebagai atasan, outer, serta gaun. Sebagai gambaran, sebuah tampilan serba putih dengan gamis bermaterial anyam ‎dipadukan bersama dalaman blus berkerah. Praktis dan minimalis.

‎Terakhir ada brand Norma Hauri yang menyuguhkan koleksi bernuansa pastel serta merah. Rangkaian busana itu banyak menawarkan busana muslimah dengan penerapan manik serta aksen lipat pada dada yang terlihat seperti busana off-shoulder. Misalnya saja sebuah gaun lengan panjang yang dihadirkan dengan belahan tinggi di bagian depan.

Bagian atas baju itu ditampilkan dengan aksen seperti off-shoulder yang bagian pundaknya dihias ramai manik. Sebagai bawahan, celana pensil hitam pun diterapkan agar tampilan berkesan dinamis.
[Continue Reading]

Hitam Putih Koleksi Alleira Di Jakarta Fashion Week

Bicara tentang brand batik premium Alleira Batik, tentunya yang terbayang adalah busana berbahan dasar kain batik yang terkesan dewasa dan juga etnik. Namun untuk Jakarta Fashion Week 2015 (JFW), Alleira mencoba menawarkan sesuatu yang baru dengan busana dalam semburat warna monokrom.

"Acara Jakarta Fashion Week ini tolak ukur tren Indonesia, kami ingin beritahu bahwa Alleira tetap eksis dalam mengikuti tren dan ingin memberikan yang terbaik kepada pelanggan," ungkap Anita Asmaya Sani, creative director Alleira Batik sesaat sebelum show di area fashion tent Jakarta Fashion Week 2015, Senayan City, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2014).

Dikutip dari Wolipop, koleksi bernama 'MonochRomantic' persembahan Alleira kali ini tampil lebih dinamis, menghilangkan kesan kaku dari motif batik klasik. Gambaran batik tak sepenuhnya tampil dengan motif tradisional melainkan dibuat lebih modern lewat teknik digital printing dengan dominasi gambar bunga dan garis.

Koleksi dibuat modern dalam siluet gaun malam. Perpaduan dengan material lainnya seperti lace hitam, organza, bahan sheer yang menerawang, bahan velvet dan juga bordiran bunga tempel memberi warna berbeda untuk koleksi Alleira yang biasanya tampil formal.

"Koleksi baru Alleira menampilkan motif yang bukan batik tapi tetap ada unsur batik. Jadi kita bisa menampilkan tren modern. Kita akan sajikan koleksi ini dalam bentuk ready to wear untuk market spring/summer 2015," tambah Anita.

Peragaan busana terbagi atas empat sekuen yang menggambarkan sisi kewanitaan dari mulai yang dinamis sampai glamour. Sekuen pertama koleksi tampil dalam warna hitam, putih dan sedikit sentuhan biru. Potongan terusan klasik yang membentuk siluet tubuh ditampilkan dengan motif-motif batik yang membaur dengan nuansa floral.

Beberapa terusan pas badan dari bahan silk dan taffetta, dipadukan dengan cape panjang berpotongan tegas. Terusan lainnya tampil dengan aksen peplum yang feminin. Alleira juga menampilkan atasan berbahan silk dengan paduan rok potongan mullet atau asimetris memanjang ke belakang. Potongan mullet menjadi favorit desainer untuk menambah drama dalam koleksinya. Sempat pula menjadi tren runway dunia di tahun 2012 semenjak dipopulerkan oleh Alexander McQueen.

Di sekuen-sekuen berikutnya, printing motif batik dijadikan aksen sebagai pelengkap material lainnya seperti lace, bordir, jacquard, sequin dan juga beludru. Masih dalam siluet gaun cocktail yang feminin dalam siluet pas badan. Potongan high-slit atau belahan rok tinggi ala gaun bintang Hollywood di karpet merah membuat koleksi tampil lebih berani kali ini.

Dalam sekuen terakhir yang bertajuk The Romanticlosure, deretan koleksi gaun malam menjadi penutup show tunggal Alleira dengan 48 set yang ditampilkan hari ini. Gaun-gaun panjang dengan siluet ball gown ditampilkan. Salah satunya hadir dengan bagian atas dari renda ataupun bordir dalam warna hitam, sedangkan bagian bawahnya tampil dalam siluet rok melebar. Adapun gaun dengan potongan dada berbentuk V yang cukup panjang yang tampil dengan rok menyapu lantai.

"Alleira mengeluarkan siluet tegas dan berkarakter, baik dari bahan maupun cutting-nya. Jenis kain banyak yg berstruktur, maskulin karena bahan tebal. Namun diberi detail banyak penambahan lipit, ruffle, organza agar kesan kewanitaan tidak hilang," tutup creative director dari Alleira Batik.
[Continue Reading]

Karya Batik Ini Dipamerkan Desainer Indonesia di Switzerland

Tidak banyak yang tahu bahwa di Switzerland, ada sekumpulan fashionista yang mengapresiasi keindahan kain batik, salah satu kekayaan budaya Indonesia yang turun-temurun diwariskan dan berkembang motifnya sesuai modernisasi. Mereka pun menggelar sebuah perhelatan yang disebut Indonesian Fashion & Batik Festival (IFBF). Tahun lalu, ajang ini diasakan di Volkhaus Zurich dan menggandeng beberapa nama desainer, baik yang namanya sudah tidak asing seperti Ichwan Toha maupun mereka yang baru merintis.

Yang terkini, tepatnya di kota Uster, Switzerland, Jumat (31/10/2014), perhelatan tersebut kembali digelar dan diberi nama The Dawn of Monumental Harmony. Salah satu nama perancang yang kembali ikut serta adalah Aji Bram. Tak sendiri, dirinya juga menggandeng nama-nama baru seperti Gamia Dewanggamanik, Santika Syaravina, Harry Lam dan Jo Kalbariadi untuk menampilkan karya-karya kreatif anak bangsa pada pagelaran tersebut.

Dilansir Wolipop, Gedung Stadthofsaal malam itu dipenuhi oleh para pencinta dan pengamat mode dari berbagai media setempat. Tidak kurang 90 tampilan busana siap pakai hingga pengantin digelar di hadapan ratusan pengunjung. Di tangan para designer muda asal Indonesia tersebut, kekayaan tekstil Indonesia seperti batik, lurik, dan tenun yang sederhana, disulap menjadi busana malam yang mewah dan elegan.

Dalam sambutannya, Duta Besar RI untuk konfederasi Swiss dan Liechtenstein menyatakan bahwa adalah suatu hal positif dapat mengetengahkan batik dan motif-motif asli Indonesia di mancanegara. KBRI Bern tentunya senantiasa membantu setiap usaha lebih memperkenalkan batik dan promosi produk-produk kreatif asal Indonesia mengingat Swiss adalah negara potensial bagi produk Indonesia.

Selain produk pakaian siap pakai, panggung runway juga digunakan untuk menggelar karya perancang aksesori asal Indonesia, Johanes dari Bali. Mengisi acara agar semakin meriah disediakan pula makanan khas Indonesia yang disiapkan wisma KBRI dan masyarakat Indonesia seperti bakmi goreng, lemper dan wajik. Secara keseluruhan, nuansa Indonesia begitu kental terasa dengan kehadiran peserta kreatif dari Indonesia dan diharapkan memberikan citra yang baik dan mendatangkan kesempatan baru bagi para pelaku mode Indonesia lainnya.

[Continue Reading]

Jumat, 28 November 2014

Tips Merawat Batik Agar Tetap Cantik

Kain batik menyimpan begitu banyak hal yang patut dibanggakan. Pembuatan dan proses hingga terciptanya sebuah kain batik tidak mudah. Batik sendiri merupakan sebuah karya seni yang unik. Penting untuk merawat batik agar selalu cantik dan terawat. Dikutip dari Berita Batik, berikut tips dari desainer Edward Hutabarat untuk menjaga batik agar tetap cantik:

1. Jika ingin mencuci kain batik, siapkan empat ember. Isi ember pertama dengan air hangat yang sudah ditambahkan cairan pencuci kain batik khusus untuk mengeluarkan debu dan kotorannya. Jika kainnya antik, jangan pernah mengucek, tetapi kalau kain baru tak masalah. Hindari pencucian kain batik di dalam mesin cuci.

2. Bilas dengan air dingin pada ember kedua, ketiga, dan keempat.

3. Jangan diperas. Letakkan kain di dalam handuk kering. Tepuk-tepuk kain dengan handuk tersebut.

4. Untuk menjemur, gunakan pipa pralon atau batang bambu melintang agar kain tidak berlipat dan kehilangan bentuk. Jangan menarik kain hingga terlalu datar, biarkan bagian tengahnya mengerut sedikit.

5. Saat menjemur, pastikan tidak terkena paparan matahari langsung karena bisa merusak warnanya. Paling bagus adalah menjemurnya di bawah pohon rindang.

6. Saat menyetrika, gunakan kain paris di antara setrika dan kain untuk meredam panas. Gunakan seterika panas.

7. Untuk penyimpanan, lipat seperti melipat bendera, dengan bentuk memanjang sekitar 4 kali lipatan. Jepit kain dengan penjepit yang sudah diberikan spons agar kain tidak terluka. Simpan dengan posisi tergantung. Untuk batik yang sudah berbentuk busana, berikan spons pada hanger supaya kainnya tidak berubah bentuk.

8. Siapkan kain tile kecil, buat kantong berisi lada putih, letakkan di sudut-sudut lemari untuk mengusir ngengat. Jangan gunakan kapur barus karena terlalu keras.

9. Hindari penyemprotan parfum ke kain batik. Setiap tiga bulan sekali, keluarkan dari kain batik dari lemari untuk diangin-anginkan.

Demikian tips merawat batik agar tetap cantik, semoga bermanfaat.
[Continue Reading]

Pesona Batik Pekalongan

Bagi masyarakat Pekalongan, batik diasosiasikan berasal dari kata ”amba” dan ”titik”. Amba, tuh artinya luasnya kain yang akan dibatik, sedangkan titik sendiri mempunyai arti titik-titik dan garis-garis yang membentuk corak.

Sejak kapan batik ada di Pekalongan, masih simpang siur. Soalnya, kita menerimanya secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Batik mulanya merupakan benda eksklusif, hanya dipakai kalangan kerajaan dan kerabatnya. Baru pada masa Pangeran Diponegoro saat peperangan, batik mulai memasyarakat. Konon, karena para pengawal memakai dan membawa batik serta memperdagangkannya.

Dikutip dari Berita Batik, corak batik umumnya dibagi menjadi dua, yakni batik pedalaman dan pesisiran. Contoh batik pedalaman adalah seperti di Yogyakarta dan Solo, sedangkan batik pesisiran contohnya di pantura, ya Pekalongan ini misalnya.

Batik pesisiran bisa dibilang lebih ”menyala”. Mengapa? Karena memiliki warna cerah terkait daerah asalnya di pantai. Jadi lebih lekat dengan alam warna-warni.

Batik pedalaman mempunyai warna-warna gelap dengan corak pakem seperti coklat dan hitam. Saat ini, batik pesisiran banyak dicari, terutama anak-anak muda yang suka warna cerah.

Ternyata, motif batik udah ada yang berumur ratusan tahun. Buktinya, salah satu motif udah ada sekitar tahun 1800-1900, bahkan udah pernah nyampe ke Eropa. Motif yang diangkat adalah motif dongeng rakyat Eropa, misalnya Cinderella dan Putri Salju.

Batik pesisiran suka mengadopsi budaya lain, itu karena di pesisir pertemuan dengan dunia luar lebih sering terjadi. Hal ini menjadikan batik pesisiran berkembang lebih dinamis.

Batik ini mempunyai motif beragam, seperti garis-garis yang menyerupai buah-buahan atau flora. Ada juga batik pesisiran yang memadukan beberapa motif seperti jlamprang dengan buketan.

Batik pedalaman tak begitu dinamis. Jadi maklum kalau motifnya itu-itu saja, seperti parang, udan liris, dan sekar jagad. Peminat batik pedalaman kebanyakan kalangan orang tua.

Proses pembuatan

Dilihat dari proses pembuatannya , batik bisa dibedakan dalam dua macam, yaitu batik tradisional dan batik modern. Batik tradisional adalah batik yang pembuatannya dengan menggunakan malam (lilin batik), misalnya batik tulis dan cap.

Pembuatan batik tradisional melalui beberapa tahapan dan proses panjang yang memakan waktu dan harus sabar. Seorang perajin hanya menghasilkan 5-10 batik per bulannya.

Batik tulis terutama diburu kalangan orang tua dan kolektor, baik dalam negeri maupun mancanegara. Mereka rela merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan batik tulis yang harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Adapun batik modern adalah batik yang dibuat dengan teknik printing (sablon, cetak) yang biasanya dihasilkan perusahaan besar. Jadi, kainnya hanya disablon dengan menggunakan motif batik.

Soal definisi batik, batik printing sebenarnya bukan batik karena proses membuatnya tak memenuhi kriteria. Batik itu bukan soal motif, tetapi juga proses membuatnya. Jadi, printing itu hanya tekstil yang bercorak batik, bukan batik.

Meski demikian, peminat tekstil bercorak batik ini justru paling banyak karena harganya murah.

Kota Batik

Mau tau kenapa Pekalongan terkenal sebagai Kota Batik? Ya…itu karena di Pekalongan sebagian besar masyarakatnya menjadikan batik sebagai sumber penghasilan, baik menjadi pengusaha batik, pedagang batik, maupun perajin batik.

Para pengusaha batik di kota ini memiliki ciri khas masing-masing dalam memproduksi batiknya. Hal ini dilakukan agar mereka mampu bertahan dari persaingan pasar.

Banyak kendala yang dihadapi, seperti sulitnya mengimbangi harga bahan baku. Konversi minyak tanah ke gas juga membuat perajin kecil kelimpungan karena harus menyesuaikan diri ke tradisi kompor gas yang mahal.

Problem lainnya adalah soal modal. Industri batik rumahan sulit mengakses lembaga permodalan karena kebanyakan mereka benar-benar rumah tangga biasa yang pas-pasan keuangannya.

Meskipun demikian, Pekalongan tetap eksis dan kreatif. Buktinya, motif-motif baru selalu bermunculan yang selain bagus dan beragam, juga menarik minat pelanggan segala umur.

Mereka ada yang bereksperimen dengan mengombinasikan batik tulis dengan printing atau batik printing dengan cat. Ada juga yang berinovasi dengan bermain warna.

Mereka jagoan dalam menciptakan warna-warna yang berani, tetapi tetap indah. Dijamin enggak nyesel kalau kalian mampir ke Pekalongan!
[Continue Reading]

Mengenal Canting Batik

Canting batik merupakan alat untuk membuat batik tulis. Hanya dengan cantinglah, batik bisa ditulis. Sedangkan untuk batik cap, menggunakan alat yang berbeda. Namun, semuanya sama, alat untuk membatik.

Siapa yang tak mengenal batik. Kain tradisional yang merupakan warisan turun-temurun semenjak jaman nenek moyang ini merupakan salah satu kebanggaan yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, jika berbicara batik, sebagian dari kita terkadang melupakan salah satu unsur penting di dalam pembuatannya. Ya, dalam pembuatan batik tulis, sebuah alat bernama canting memiliki peranan utama sehingga ragam lukisan batik dapat dinikmati dan memiliki nilai seni tinggi.

Canting batik berasal dari bahasa Jawa yang berarti alat untuk melukis batik. Ia adalah alat yang digunakan untuk membuat bahan tulis pada batik. Mudahnya, canting adalah semacam kuas yang digunakan dalam melukis batik. Adapun canting batik sendiri umumnya terbuat dari tembaga dengan pegangan yang terbuat dari bambu dengan bobot ringan. Pada bagian ujung tembaga, terdapat apa yang dinamakan cucuk. Cucuk ini adalah mata pena tempat keluarnya cairan lilin yang digunakan untuk melukis.

Lalu, mengapa para pembatik kerap meniup-niup ujung cucuk ketika sedang bekerja? Ini dimaksudkan agar cairan lilin yang digunakan menjadi dingin sehingga ia dapat lebih lancer keluar. Selain cucuk, dalam canting terdapat pula bagian yang dinamakan nyamplung. Nyamplung terdapat pada bagian tengah canting dan berbentuk oval. Ia memiliki fungsi sebagai penampung cairan lilin yang digunakan.

Nah, adakah yang tahu bahwa sebenarnya canting sendiri memiliki beberapa jenis. Berdasarkan fungsinya, canting batik dibagi menjadi canting rengreng dan canting isen. Rengreng memiliki cucuk tunggal dengan diameter tidak terlalu besar. Fungsinya adalah membuat pola pertama pada kain batik yang hendak dibuat. Sedangkan isen digunakan untuk mengisi bidang alias mengisi pola. Cucuk pada isen ada yang tunggal maupun rangkap.

Di samping itu, ada pula canting yang dibedakan berdasarkan banyaknya cucuk. Ada canting cecekan yang bermata tunggal dan berfungsi membuat titik-titik pada batik. Ada pula canting loron yang bermata dua dan berfungsi untuk membuat garis rangkap. Berturut-turut setelahnya adalah canting telon bermata tiga untuk membuat pola segitiga,  canting prapatan bermata empat untuk membuat pola segi empat, canting liman dengan mata canting yang membentuk lingkaran, canting byok yang bermata ganjil untuk membuat lingkaran, dan canting galaran yang memiliki mata berderet dari atas ke bawah.

Berbicara mengenai canting tentu tak ada habisnya. Bahkan ada pula canting yang dibedakan berdasarkan ukurannya. Tentu saja masing-masing ukuran yang dimilikinya tersebut memiliki fungsi-fungsi tersendiri. Pertanyaannya, sebegitu rumitkah tetek bengek percantingan yang dimiliki batik? Jawabannya bisa iya atau tidak. Satu hal yang pasti, segala peralatan yang terlihat banyak tersebut membuktikan betapa seni batik bukanlah seni remeh. Ia, jika ditelaah secara mendalam, memiliki kedalaman dan teknik yang cukup trenggina.

Demikian info menarik tentang canting batik. Semoga bermanfaat.
[Continue Reading]

Cikal Bakal Batik China Peranakan

Perjalanan batik di Kota Pekalongan tak bisa dilepaskan dari pengaruh budaya Eropa, China, dan Arab. Dulu, orang-orang China datang ke Pekalongan sebagai pedagang dan melihat peluang yang besar untuk berbisnis batik. Mereka lalu menikahi orang-orang lokal (keturunannya kemudian disebut sebagai China peranakan), dan kelak menjadi kelompok pembuat batik yang paling sukses.

Dikutip dari Berita Batik, salah satu nama yang populer sebagai cikal bakal batik China peranakan di Pekalongan adalah Oey Kiem Boen. Batik China Peranakan ini masih bertahan hingga sekarang, membuktikan bahwa keluarga ini bertekad untuk terus melestarikan batik China peranakan. Pusat pembuatan batiknya menggunakan nama Liem Ping Wie, yang merupakan keturunannya yang ketiga. Kini, Rumah Batik Liem Ping Wie dikelola oleh putri keenamnya, atau keturunan keempat Oey Kiem Boen, yaitu Liem Poo Hien.

Mengamati koleksi rumah batik Liem Ping Wie akan terasa betul pengaruh China yang dulu dibawa dari negara tersebut. Motif-motifnya kebanyakan berupa gambar burung, ikan, dan kupu-kupu. Namun, motif bunga, yang merupakan motif khas batik pekalongan dan dipengaruhi oleh orang-orang Eropa, juga tetap terlihat dalam koleksi mereka. Flora dan fauna lalu menjadi salah satu bentuk motif yang baru.

Liem Ping Wie juga memproduksi apa yang disebut sebagai batik Hokokai. Ciri khas Hokokai ada pada konsep pagi dan sore, yaitu satu kain yang menampilkan dua warna (atau dua motif), gelap dan terang. Karya batik Hokokai ini menyimpan cerita yang menarik.

“Dulu, waktu zaman perang (pendudukan tentara Jepang), orang kan pada takut keluar rumah. Mereka tidak bisa membeli bahan (katun) dan alat untuk membatik. Karena enggak ada kerjaan, akhirnya mereka menggunakan bahan yang sudah ada, dan menghabiskan waktu dengan membatik. Mereka memenuhi seluruh kain dengan gambar batik. Anda lihat kan, motif batik ini penuh menutupi kain,” ungkap Liem Poo Hien, saat menemani wartawan yang berkunjung ke rumah batiknya atas undangan PT Kao Indonesia, di kawasan Kedungwuni, Pekalongan, Jumat (17/12/2010).

Jadi sebenarnya, selembar kain yang menampilkan dua warna itu karena pembatik harus menghemat bahan. Pagi hari, kaum ibu petani menggunakan sisi kain yang berwarna terang. Untuk acara sore hari, digunakan sisi kain yang berwarna gelap. Bila ingin dikenakan sebagai sarung, kain dipakai secara horisontal. Untuk kain panjang atau jarik, kain dikenakan secara vertikal. Kekosongan bahan katun ternyata bisa “memaksa” para pembatik untuk kreatif dan justru menghasilkan batik yang sangat berkualitas. Siapa sangka, tekanan keadaan justru melahirkan satu aliran batik tersendiri, bukan?

Ketika itu, kain-kain batik produksi mereka juga hanya dikenakan sendiri, untuk hantaran, atau perkawinan. Tetapi sekarang, batik tulis China peranakan menjadi produk budaya yang nilainya jutaan rupiah. Batik yang lama pengerjaannya mencapai delapan bulan ini (karena motif tanahannya yang sangat halus dan detail, dan dikerjakan pada kedua sisi kain) bisa dihargai hingga jutaan rupiah.

Nama besar Liem Ping Wie juga menyebabkan pelanggannya tak hanya datang dari Indonesia, tetapi juga Jepang dan Singapura. Mereka datang langsung ke rumah batik Kedungwuni ini jika ingin membeli batik. Hingga sekarang, Liem Ping Wie tidak membuka toko.

Namun, Hien menolak menerima orderan dari pelanggan di Jepang atau Singapura karena umumnya mereka hanya memberikan uang muka saat memesan. Padahal, proses pembuatan batik sangat rumit dan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Hien tentunya juga membutuhkan dana untuk biaya operasional dan menggaji karyawan secara mingguan.

“Sekarang, kalau memang butuh, pelanggan datang saja mengambil stok yang ada. Seperti tadi, kan, ada tamu dari Jepang yang datang. Mereka terima jadi aja,” tutur Hien yang kini bekerja sama dengan Edward Hutabarat untuk memproduksi batik dengan desain dari desainer tersebut.

Untuk menghidupi diri dan karyawannya, Hien juga memproduksi batik cap yang pengerjaannya lebih cepat, dan cepat pula lakunya. “Kalau saya mengerjakan pesanan semua, saya bisa sinting,” katanya terkekeh.
[Continue Reading]

Galeri Batik di Museum Tekstil Jakarta

Galeri Batik yang diresmikan pada tanggal 2 Oktober 2010 merupakan langkah awal dalam mewujudkan keinginan untuk memiliki Museum Batik di Jakarta, sebagai pintu gerbang Indonesia.

Galeri Batik, yang menempati gedung tekstil kontemporer - Museum Tekstil Jakarta ini merupakan embrio dari Museum Batik, yang sudah menjadi rencana dan program Yayasan Batik Indonesia - YBI, sejak berdirinya pada tahun 1994.

Dikutip dari Batik Indonesia, dengan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia, dan ditetapkannya tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional pada tahun 2009 yang lalu, desakan akan adanya Museum Batik di Jakarta sudah semakin besar. Maka atas pengertian dan perhatian Pemda DKI, dalam hal ini Dinas PAriwisata dan kebudayaan serta UPT Museum Tekstil Jakarta, telah disepakati kerjasama dengan YBI untuk memanfaatkan gedung Galeri Tekstil Kontemporer - Museum Tekstil Jakarta menjadi Galeri Batik.

Galeri Batik menempati sebuah gedung dengan luas 405 m2, yang terdiri dari 9 ruangan, dimana akan diperagakan batik - batik dari seluruh nusantara secara permanen. Batik yang merupakan hasil karya kreatif bangsa Indonesia, yang sudah turun berlangsung turun temurun.

Lahirnya Galeri Batik ini, tidak terlepas dari partisipasi para pecinta dan pemerhati batik. Koleksi Batik YBI yang akan menjadi modal utama museum ini berasal dari upaya pengumpulan oleh YBI, serta sumbangan dari pihak - pihak yang peduli akan keberadaan museum batik, antara lain Bapak Satoso Dullah, Paguyuban Sekar Jagad Yogyakarta, Ibu Haryanto Dhanutirto, Ibu Sintowati S. Wironagoro, Ibu Asmoro Damais, Ibu Satuti Yamin, dan para pengurus Yayasan Batik Indonesia. Dinamika perbatikan di tanah air diharapkan dapat terserap dan menjadi acuan Galeri Batik di kemudian hari. Oleh karenanya kami terus mengharapkan partisipasi pemerintah dan seluruh stakeholders perbatikan nasional, agar dikemudian hari cita - cita kita bersama, yaitu memiliki Museum Batik dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama

Keberadaan Galeri Batik ini yang merupakan embrio Museum Batik diharapkan dapat memberikan kebanggan bagi masyarakat Indonesia, dan menjadi salah satu pusat informasi perbatikan, dan menjadi tujuan wisata budaya.
[Continue Reading]

Senin, 24 November 2014

Cerita Ibu Ani Yang Susah Mencari Pakaian Untuk Hadiri Hari Batik

Ani Yudhoyono mengaku tak hafal jenis dan corak batik Indonesia. Ani pun bertaruh Yayasan Batik Indonesia juga tidak hafal.

"Jenis dan corak batik di Indonesia terbanyak di dunia. Sampai-sampai kita sendiri susah menghitungnya," ujar Ani di Peringatan Hari Batik Nasional, Jakarta, Kamis (2/10), seperti dikutip merdeka.com

Ani kemudian meminta hadirin yang datang untuk menebak jenis dan corak batiknya. Namun, para hadirin termasuk para pendiri Yayasan Batik Indonesia, tidak bisa menebaknya.

"Anda tahu yang saya pake ini batik apa? Yang saya pakai ini Sidomulyo, artinya, berharap si pemakainya mendapat kemuliaan. Insya Allah," ujar Ani.

Ani bercerita, sebelum memakai kain batik sidomulyo, dirinya sempat kebingungan memadu padankan seragam yang diberikan panitia berwarna hijau muda. Ani mengaku semua pakaiannya sudah diboyong ke Cikeas.

"Saya bingung kenapa tidak ada yang padan dengan baju ini. Karena terus terang barang-barang saya sudah diboyong ke Cikeas," ujar Ani.

Lalu, malam itu juga, Ani minta dicarikan kepada ajudannya batik yang cocok dengan warna baju seragamnya hijau muda. Dan akhirnya, ditemukanlah jarit motif batik Sidomulyo.

Pada peringatan Hari Batik Nasional 2014 mengambil tema 'Sogan, Seni Batik Klasik'. Batik sogan merupakan jenis batik di Indonesia yang bernuansa klasik. Warna dominannya variasi dari warna cokelat.

Acara ini dihadiri oleh Ibu Tuti Tri Sutrisno, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Mantan Menteri Perindustrian Rahadi Ramelan.

Pendiri Yayasan Batik Indonesia Dipo Alam dan Ketuanya Jultin Ginanjar Kartasasmita dan suaminya. Turut dihadiri pula para istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan para pengusaha batik Indonesia.
[Continue Reading]

Di Bantul Industri Kerajinan Batik Serap 2.056 Tenaga Kerja

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat industri kecil menengah sektor kerajinan batik di seluruh wilayah ini mampu menyerap sebanyak 2.056 tenaga kerja pembatik.

"Data terakhir industri kecil menengah (IKM) batik di daerah kita ada sebanyak 612 IKM atau rumah produksi batik dengan didukung 2.056 pembatik. Itu karena tiap IKM ada beberapa pekerja," kata Kasi Sarana Usaha Industri, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Suryono, Minggu (14/9/2014), seperti dikutip dari seruu.com

Menurut dia, IKM batik di Bantul bukan hanya memproduksi batik kain, namun juga batik kayu, batik bambu hingga pisau batik. Batik tersebut sebagian besar diproduksi perajin secara tradisional (batik tulis) sesuai ciri khas dan motif masing-masing.

Ia mengatakan, sentra batik terdapat di Giriloyo, Desa Wukirsasi Imogiri dan Desa Wijirejo Pandak. Dua sentra batik tersebut selama ini telah dikenal masyarakat pecinta batik, karena masing-masing sentra memiliki ciri khas dan motif tersendiri.

"Kalau yang banyak itu ada di dua sentra, namun kalau keberadaannya tersebar di sembilan kecamatan di antaranya Banguntapan, Pajangan, Kasihan dan Pleret, umumnya mereka memproduksi di rumah masing-masing," kata Suryono.

Oleh sebab itu, kata dia, dinas terus mendorong pertumbuhan IKM batik di Bantul dengan berbagai kreativitas perajin baik dengan cara tradisional maupun yang dikombinasikan secara modern (batik cap). Apalagi saat ini batik telah diakui organisasi dunia UNESCO.

"Pertumbuhan batik di Bantul sendiri fluktuatif, namun cenderung mengalami kenaikan antara lima sampai sepuluh persen per tahun. Ini karena pasarannya sudah bagus setelah diakui dunia, terutama batik kreatif yang menjadi ciri khas daerah," katanya.

Menurut dia, dalam industri batik memang saat ini telah banyak produk batik yang diproduksi dengan cara modern (batik cap), begitu juga motif baru, sehingga pihaknya berharap para perajin batik dapat mempertahankan batik tradisional yakni batik tulis dengan pewarna alami.

"Bantul memang sebagian besar batik tradisional, sehingga harapannya terus dipertahankan, apalagi ketika barang itu (kain batik, batik kayu) telah memiliki nilai seni tinggi maka akan memiliki nilai jual yang tinggi pula," katanya.
[Continue Reading]

Desain Batik Mahasiswa Solo Menang di Taiwan

Dua mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta berhasil menjuarai kompetisi desain batik bertajuk Taiwan Excellence Batik Competition di Taiwan. Juara pertama diraih Sugeng Wijayanto, 22 tahun, mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni angkatan 2010, sedangkan juara kedua diraih Utsman Aminuddin Sulaiman, 22 tahun, mahasiswa Jurusan Kriya Tekstil angkatan 2009. Kompetisi tersebut dilakukan dengan mengirimkan karya desain sejak 28 Agustus hingga 29 September 2014.

Sugeng mengatakan, desain batik yang dia buat menggabungkan motif dan ornamen batik dari berbagai daerah di Indonesia. Dia menilai, desain batik tersebut menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Berbagai kreativitas yang ada dijadikan satu hingga menjadi motif batik yang baru. "Saya gabung dan kreasikan motif batik kawung, ornamen Madura, ornamen Kalimantan, dan motif geometris," katanya di kampus UNS Surakarta, Senin, 17 November 2014. "Selain dicetak di kertas, saya juga mencetaknya di kain mori dengan teknik sablon,"ucapnya. Sebagai pemenang pertama, dirinya mendapat uang tunai Rp5 juta dan sebuah ponsel pintar, seperti dilansir tempo.co

Sedangkan Utsman mengusung batik motif naga dan kinnari, yaitu makhluk surgawi berwujud manusia setengah burung dalam mitologi Hindu dan Buddha. "Kedua makhluk tersebut saya padankan dengan motif batik mega mendung,"katanya. Motif mega mendung adalah hasil akulturasi antara budaya Cina, Islam, dan budaya asli Indonesia. Motif batik yang dia buat menceritakan hubungan antarbudaya yang saling berdampingan, saling menguatkan yang dilambangkan dengan naga, dan bernilai luhur seperti sosok kinnari.

Ustman mengaku, hanya butuh waktu satu hari satu malam untuk membuat desain batik Naga Kinnari. Desainnya dominan warna oranye, yang menunjukkan kesenangan, keberanian, antusiasme, dan rasa percaya. Kemudian dikombinasikan dengan warna merah yang berani dan warna biru yang melambangkan ketenangan. Menurutnya, desainnya cukup sulit diwujudkan untuk motif batik tulis karena kerumitannya. "Lebih cocok untuk batik cap dan printing," ujarnya.

Menyadari karyanya diminati, keduanya berencana mengembangkan desain batik untuk pasar Indonesia. "Saya ingin menjadi desainer motif batik," kata Utsman yang mendapat hadiah uang tunai Rp2 juta dan sebuah tablet.
[Continue Reading]

Batik Indonesia Dipuji Diluar

Salah satu warisan budaya negeri ini akhirnya "diakui" keberadaanya di Dunia. Batik Indonesia telah diakui sebagai warisan budaya dunia. Sejak tahun 2009, batik resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).

Delegasi OKI asal Tunisia, Hanem menyatakan batik Indonesia pantas menjadi warisan budaya yang diakui dunia internasional, karena bahan dan motifnya cocok digunakan oleh semua masyarakat di dunia, seperti dilansir seruu.com

"Sangat mengagumkan, Indonesia pasti bangga memiliki batik di negaranya," ujar Hanem.

Hal serupa juga disampaikan Delegasi OKI asal Djibouti selaku Direktur Urusan Gender, Choukri Houssein. Menurutnya, batik Indonesia memang menawan, namun harganya terbilang cukup mahal.

"Kualitasnya baik sekali, tapi bagi kami harganya sangat mahal," kata Choukri serata tersenyum.

Sementara itu, Delegasi asal Mozambik, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Sosial Budaya Mozambik Iolanda Cintura, mengungkapkan rasa kagumnya kepada para perempuan pembatik Indonesia. Mereka, lanjut Iolanda, adalah wanita hebat yang mampu membuat produk berkualitas dan dapat memberikan pemasukan bagi keluarga.

"Pembatik perempuan di Indonesia sangat bagus, karena dengan keahliannya, mereka dapat membantu perekonomian keluarga," kata Iolanda.

Iolanda menambahkan, dengan membantu perekonomian keluarga, para pembatik perempuan juga dapat membantu pertumbuhan ekonomi pemerintah, karena telah mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah domestik.

Sejak menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia, UNESCO mengakui Batik Indonesia mempunyai teknik dan simbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia. Mulai dari lahir sampai meninggal, bayi digendong dengan kain batik bercorak simbol yang membawa keberuntungan, dan yang meninggal ditutup dengan kain batik.

Tapi setelah batik dipuji oleh dunia jangan sampai kita tidak melestarikannya, dan masih banyak warisan yang dimiliki Indonesia yang harus dilestarikan dari budaya sampai ke alam.
[Continue Reading]

Saat Keliling Dunia Kristina Pilih Pakai Batik

Penyanyi dangdut Kristina memilih batik sebagai kostum panggungnya saat konser di luar negeri. Baginya, menggunakan batik saat ke luar negeri adalah salah satu upaya mengenalkan Indonesia yang kaya akan budaya dan warisan leluhurnya.

“Musik dangdut itu asli Indonesia, batik juga khas Indonesia. Jadi kalau saya menggunakan batik pada saat nyanyi di luar negeri, saya bisa mengenalkan dua budaya Indonesia sekaligus,” Ujarnya seperti dikutip dari infogayaa.blogspot.com.

Menurutnya, menggunakan batik merupakan sebuah upaya melestarikan budaya bangsa dan kebanggaan yang harus ditunjukkan kepada bangsa luar. “Terus terang, aku senang sekali kalau menghadiri acara yang ada dresscode batiknya. Aku merasa lebih anggun dan ada merasa sangat Indonesia kalau sudah pakai batik atau kebaya,” jelas wanita berzodiak taurus ini.

Diakuinya, ia selalu menyediakan beberapa setel batik di dalam koper, baik berupa atasan, rok, atau pun dress. Batik yang dipilihnya pun tak melulu berasal dari tanah Jawa.

“Bukan berarti aku orang Jawa, lalu aku hanya pakai batik Jawa. Aku pakai batik dari seluruh daerah Indonesia. Aku masukin semua koleksiku ke dalam koper kalau mau konser ke luar. Kemarin juga aku manggung di Amerika, Korea, Singapur, Malaysia dan Thailand pakai batik!” tuturnya bersemangat.
[Continue Reading]

Pada Selembar Kain Batik Ada Filosofi Hidup

Ayu Dyah Pasha mengaku sangat mencintai batik. Baginya, batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan.

“Batik itu adalah warisan adiluhur yang dimiliki oleh bangsa, batik kita juga udah diakui dunia oleh UNESCO. Jadi kita harusnya lebih bangga dari orang-orang di luar sana yang sangat mengagumi batik itu sendiri,” Ujarnya, seperti dikutip dari infogayaa.blogspot.com

Ayu juga menuturkan bahwa terdapat nilai filosofi hidup di dalam batik. Menurutnya, ada kekuatan, cinta, kreativitas, dan kelembutan dari tangan para pembuatnya untuk membuat sebuah kain cantik yang mahal harganya.

Mahal di sini maksudnya bukan sekedar urusan rupiah, tetapi lebih dari itu. Kreativitas bahkan akan lebih mahal harganya dari angka yang tertera pada brandrol di toko-toko pakaian.

“Anak-anak muda harus lebih mencintai batik sebagai salah satu warisan negara, bahkan UNESCO pun telah mengakuinya. Sebagai Ketua Ikatan Pecinta Batik Nusantara, saya ingin mendorong anak muda untuk cinta akan batik dan bangga saat menggunakannya,” tutup Ayu.
[Continue Reading]

Kamis, 20 November 2014

Macam-macam Batik Jawa

Daerah jawa sangatlah banyak, karena itu mempengaruhi dari macam-macam batik jawa. Sesuai dengan nama daerahnya. Ada motif batik jawa tengah, jawa barat maupun jawa timur.

Kain batik merupakan ciri khas Indonesia yang telah mendunia, dan bahkan telah diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia dan telah dijadikan suatu moment yang diperingati oleh seluruh masyarakat di tanah air, yaitu Hari Batik Nasional. Warga Indonesia biasa mengenakan batik pada acara formal atau resmi misalnya menghadiri undangan, pertemuan resmi, meeting bisnis, acara-acara besar lainnya.

Ternyata macam-macam batik jawa sangat bervariasi, apalagi jika dikumpulkan seluruh Nusantara. Hampir semua wilayah di Indonesia telah mengembangkan motif dan corak batik yang menjadi ciri khas daerah masing-masing. Warna, corak dan motif dari setiap daerah memiliki ciri khas dan memiliki makna tersendiri, meski bagi orang awam mungkin terlihat sama saja.

Aneka Motif Batik Jawa Tengah
Wilayah Indonesia yang pertama kali mengenalkan batik adalah Jawa Tengah. Tidak heran, jika ada begitu banyak jenis batik dari wilayah ini. Di antaranya adalah batik Semarang, Solo, Yogyakarta dan Pekalongan. Berikut adalah ciri khas beberapa jenis batik Jawa Tengah:

Batik Semarang
Batik Jawa yang satu ini memiliki motif yang lebih beragam dari batik Jawa Tengah lainnya. Warnanya juga mencolok seperti merah dan orange karena mendapat pengaruh kebudayaan dari Eropa dan China. Tak hanya itu, batik dari wilayah ini juga banyak mengukir fauna daripada flora seperti merak, kupu-kupu, cendrawasih yang merupakan khas dari negeri tirai bambu. Tapi, seiring berkembangnya kreativitas masyarakat dan tuntutan pasar yang berubah-ubah, produsen Batik Semarang mulai memproduksi motif lain yang menjadi ikon kota Semarang seperti Lawang Sewu, Tugu Muda dan lainnya.

Batik Yogyakarta
Rasanya belum berkunjung ke Jogja bila anda belum membeli batik asli. Warna tradisional memang disuguhkan di sini, karena para pembuatnya masih menggunakan bahan alami untuk dijadikan pewarna contohnya adalah biru hitam dari daun indigofera yang telah difermentasi terlebih dahulu. Warna cokelat diambil dari kulit pohon jambal, kayu pohon tinggi yang berwarna cokelat dan kayu tegeran berwarna kuning. Batik ini memang memiliki desain yang terkesan formal, kaku dan disebut-sebut mendapat pengaruh dari Keraton yang menolak kolonial Belanda.

Batik Solo
Bila anda membeli kain batik di kota budaya ini, anda akan mendapatkan variasi yang beraneka ragam dengan harga yang sangat miring. Tentu saja karena di Solo banyak sekali sentra pembuatan kain batik. Warna yang mendominasi kain ini adalah cokelat soga kekuningan dengan motif tradisional. Penggunaan bahannya sama dengan batik Yogyakarta, yakni masih memanfaatkan bahan yang berasal dari tanaman. Sama seperti batik lain, kota ini juga memproduksi batik tulis dan batik cap. Motif yang paling banyak digunakan untuk desainnya adalah Sidomukti dan Sidoluruh.

Sementara itu, di Jawa Barat ada batik Indramayu, Cirebon, Bogor dan Garut. Setiap corak memiliki ciri khas tersendiri, yang membuatnya berbeda satu sama lain. Bahkan, tahukan anda bahwa ada corak batik yang ditulis untuk menceritakan suatu kisah di masa lalu? Kisah Mahabrata adalah salah satu riwayat yang pernah diabadikan dalam selembar kain batik.

Jika Anda membutuhkan batik jawa yang sudah dibuat menjadi kemeja batik pria, silahkan kunjungi link berikut ini: www.hanleebatik.com . Di situs tersebut Anda akan menemukan berbagai macam jenis kemeja batik pria yang berkualitas dengan harga yang pantas. So, tak perlu ragu lagi berbelanja di sana. Selamat belanja!
[Continue Reading]

Penjualan Batik di Yogyakarta Naik 50 Persen Karena Libur Lebaran

Omzet penjualan tas batik dan kerajinan di Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta mengalami peningkatan hingga 50 persen pada libur lebaran tahun ini. Harga yang ditawarkan pedagang, mulai dari Rp 9.000 hingga Rp 45.000 per tas. Untuk tas sekolah harganya mulai dari Rp 9.000 per tas, tas laptop sebesar Rp 10.000 hingga Rp 19.000 per tas.

"Satu minggu sebelum Lebaran hingga saat ini, permintaan tas oleh pedagang di kawasan Malioboro mengalami peningkatan di atas 50 persen," ujar karyawan toko Anugrah, Ega di Yogyakarta, seperti dilansir antara (2/8).

Sementara itu, perajin kerajinan dan tas batik, Suminto mengatakan bahwa, dalam sehari pihaknya mampu memproduksi 1.500 pieces tas per harinya. Pihaknya mampu memproduksi sebanyak 70 jenis tas mulai dari tas laptop, tan sekolah, tas belanja dan tas ibu-ibu dengan modal yang dimodifikasi sesuai perkembangan pasar.

Hasil produksi tas dijual ke Surabaya, Jakarta, Bali, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur. Setiap bulannya, dirinya mengirim barang ke Surabaya, Jakarta, Bali masing-masing 4.000 tas. "Jumlah pengiriman barang, akan meningkat hingga tiga kali lipat saat musim liburan sekolah dan lebaran. Untuk hari-hari bisa, perbulannya hanya 4.000 tas."

Bahan baku batik, kata Suminta, dibelinya dari distributor yang mendatangkan batik dari Pekalongan, Jawa Tengah. Harga bahan baku tas batik mulai dari Rp 20.000 per lembar hingga Rp 30.000 per lembar.

"Satu lembar batik ada yang bisa dibuat dua tas, hingga lima tas. Semua tergantung pada ukuran dan bentuk tas yang dibuat. Selain itu, sisa-sisa batik yang dipotong juga dimanfaatkan untuk buat tas yang dibuat secara obras. semua bahan baku tidak ada yang dibuang, semua terpakai," kata dia.
[Continue Reading]

Omzet Batik Pekalongan Turun Karena Jembatan Comal Rusak

Omzet penjualan batik di Pasar Grand Grosir Pantura Pekalongan, Jawa Tengah, selama Ramadan hingga Lebaran hanya sekitar Rp 10 juta per grosir atau turun 80 persen dibanding sebelumnya Rp 50 juta. Menurunnya omzet ini diyakini karena dampak amblasnya Jembatan Comal.

Pemilik Grosir Batik Quba, Ahmad Aryono di Pekalongan, mengatakan bahwa idealnya saat Ramadan hingga Lebaran aktivitas penjualan batik akan ramai tetapi kini sepi akibat amblasnya Jembatan Comal, seperti dilansir dari merdeka.com

"Terputusnya akses jalan pantura Jembatan Comal mengakibatkan jalur perekonomian nasional ini menjadi sepi dan berdampak pada penjualan produk batik Pekalongan," kata Ahmad Aryono seperti dikutip dari Antara, kamis (7/8).

Dia mengatakan selain sepi pembeli, amblasnya Jembatan Comal berdampak pada distribusi batik ke luar kota terhambat dan bertambahnya biaya operasional kirim barang.

"Amblasnya Jembatan Comal telah berdampak luas terhadap perekonomian sehingga kami menyayangkan kondisi itu yang seharusnya para penjual batik menikmati hasil untung," katanya.

Menurut dia, amblasnya Jembatan Comal merupakan masalah alam tetapi pemerintah seharusnya melakukan pengawasan terhadap kondisi jembatan penghubung jalan di Pulau Jawa.

"Seharusnya, jauh sebelum Ramadan pemerintah sudah melakukan pemeriksaan terhadap kondisi jalan dan jembatan di Pantura. Tidak seperti sekarang ini, setelah menjelang Lebaran Jembatan Comal amblas yang akhirnya berdampak luas terhadap perekonomian nasional," katanya.

Dia berharap pada pemerintah segera melakukan perbaikan Jembatan Comal agar segera selesai sehingga aktivitas ekonomi bisa kembali pulih. "Kami berharap Jembatan Comal bisa secepatnya selesai diperbaiki agar jalur pantura kembali lancar dan berdampak positif terhadap perekonomian nasional," katanya.
[Continue Reading]

Sejarah Batik Semar

Niniek Elia Kasigit mengenal bisnis batik sejak kanak-kanak. Ibu dan neneknya menggeluti usaha batik di Solo, Jawa Tengah yang GOSIPNYA berlangsung sejak abad ke 19. Pabrik batik keluarga Niniek ditutup ketika Jepang mulai menjajah Indonesia tahun 1942. Pada waktu itu ia berhenti sekolah karena Jepang menutup sekolah yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
 
Meski begitu, Niniek melanjutkan belajar bahasa Belanda, Inggris, dan Mandarin secara informal, sekaligus menekuni keterampilan menjahit. Pada usia 18 tahun, Niniek menikah dengan Somadi Kasigit yang juga berasal dari keluarga pengusaha batik di Solo. Setahun sebelum menikahi Niniek, Somadi mendirikan perusahaan Batik Bodronoyo pada tahun 1947. Bodronoyo adalah nama lain Semar, tokoh panutan dalam pewayangan.

"Dulu, ibu saya membuat jarik (kain panjang) batik cap. Ketika mulai usaha sendiri, cap-cap dari perusahaan orangtua saya simpan, kami buat batik tulis," ujar Niniek. Cap pada pembatikan dibuat dari kawat tembaga yang membentuk satu blok motif sebagai pengganti canting, alat lukis batik. Batik cap diproduksi lebih banyak dibanding batik tulis agar lebih ekonomis. Mahalnya harga kain pasca penjajahan Jepang menjadi tantangan berat bagi produsen batik. Pasangan Niniek-Kasigit memilih memproduksi batik tulis dengan sejumlah pembatik di bengkel yang juga menjadi rumah tinggal mereka di masa itu.

Ketika perusahaan mulai berjalan, agresi militer Belanda tahun 1949 memaksa keluarga Kasigit mengungsi ke Surabaya. Di pengungsian, pasangan ini menggandeng beberapa pembatik dari Sidoarjo, memperkenalkan corak Solo dan menjual produksi mereka di sekitar Surabaya. GOSIPNYA usaha di Surabaya tak berkembang karena mereka kesulitan mencari pembatik dan juga karena tempat usahanya di pengungsian.

Mereka lalu kembali ke Solo pada awal tahun 1950 dan memulai lagi produksi batik dengan lima karyawan. Kombinasi produksi batik tulis dengan cap baru dilakukan tahun 1952 (atau 1953) setelah modal bertambah karena mendapat jatah pembelian kain mori dari Gabungan Koperasi Batik Indonesia. Tahun 1954 mereka menyewa lahan seluas hampir 5.000 meter persegi di kawasan Punggawan, Solo yang di kemudian hari mereka beli seiring berkembangnya usaha.

Menjelang tahun 1960 Niniek merasa bosan dengan kreasi batik ketika itu sehingga ia beri macam-macam warna. Perubahan warna juga mendorong adopsi beragam corak batik dari daerah lain seperti Yogya, Pekalongan, Cirebon, dan Laseman. Pasar menyambut baik kreasi baru ini. Dari 5 karyawan ketika berdiri, Batik Bodronoyo berkembang menjadi sekitar 200 karyawan pada 1960-an. Tahun 1966 nama Batik Bodronoyo diganti menjadi Batik Semar karena nama Semar lebih akrab di masyarakat.

Bagi perusahaan sendiri nama Semar dapat diartikan sebagai:
S = Sarwi / bersama-sama
E = Ening / suci bersih
M = Marsudi / berusaha tanpa putus asa
A = Ajuning / perkembangan
R = Rasa / seni

Arti secara umum adalah dengan niat yang tulus, secara berkesinambungan berusaha terus untuk mengembangkan produk batik.

Ketika itu di Indonesia sedang terjadi krisis ekonomi sehingga pasar menuntut produk batik yang lebih murah. Secara kebetulan teknik printing yang diimpor dari Eropa untuk membuat kain bermotif batik mulai berkembang di Indonesia, karena itu pada tahun 1972 Batik Semar memproduksi kain cetakan bermotif batik. Produksi printing itu khusus untuk bahan kemeja, sedangkan batik tulis dan cap tetap dikembangkan. "Setelah punya unit printing, kami baru buka toko dan memproduksi garmen, bukan hanya batik," ujar Niniek.

Tahun 1983 Somadi meninggal dunia. Pada tahun 1989 Batik Semar mulai mengekspor garmen dan kerajinan tangan berbahan batik ke Jepang, Korea Selatan, Italia, Belanda, UEA, dan Amerika Serikat. Ketika bisnis Batik Semar membesar, ruang pamer utama, bengkel produksi batik tulis, dan rumah tinggal Niniek dalam satu kompleks di Punggawan terbakar habis pada tahun 2002. Kebakaran ini menghanguskan pula koleksi batik kuno yang diproduksi orangtuanya. Batik Semar tutup tiga bulan dan membuka toko lagi di bekas pabrik tekstil milik mendiang Somadi di Jalan Adisucipto, Solo. Usahanya perlahan-lahan pulih. Tahun 2006 ruang pamer utama Batik Semar selesai dibangun dengan konsep dan tatanan baru.

Usia yang terus bertambah tak menyurutkan semangat belajar Niniek. Itu pun tak hanya dalam lingkup yang berkaitan dengan Batik Semar. Sebagai contoh, ketika keempat anaknya kuliah di Jerman, Niniek pun ikut belajar bahasa Jerman. Kini Batik Semar memiliki sekitar 700 pekerja yang dapat memproduksi batik hingga 30.000 buah per bulan.
[Continue Reading]

Ririn Ekawati Suka Busana Batik

Saat ini, memakai batik bukan lagi terkesan untuk acara-acara resmi saja. Banyak desainer yang membuat rancangan modern untuk pakaian berbahan batik. Seperti halnya dengan aktris Ririn Ekawati, yang mengaku sangat suka memakai batik.

"Suka banget sama batik, di sekolah anakku, tiap Jumat pakai batik. Orang tuanya yang nganter juga harus pakai batik. Jadi suka banget," tutur Ririn Ekawati saat acara nonton bareng film KISAH 3 TITIK, di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (29/4), seperti dilansir merdeka.com

Ririn mengaku sudah lumayan banyak pakaian batik yang telah dikoleksinya. Karena sebagai seorang entertainer, dia selalu dilihat oleh orang lain. "Jangan sampai tiap minggu pakai baju yang sama. Nggak sampe ratusan (koleksinya), ada lebih dari 10 batik," tuturnya.

Untuk kain favorit, Ririn lebih suka yang berbau tradisional seperti batik dan tenun asal daerah.

"Aku suka tenun Makassar, Bugis karena aku orang Bugis. Suka batik Cirebon, tenun Bali. Setiap travelling, kemarin aku ke Papua dikasih tenun Papua, pas pulang langsung aku bikin dress," lanjutnya.

"Yang palung berkesan, yang dari Bugis, karena usaha bikinnya berbulan-bulan, karena mereka masih pakai alat tradisional. Ada kain yang belum aku jadiin baju. Sayang, karena emang bikinnya susah dan carinya susah, aku beli langsung ke perajinnya," tandas Ririn.
[Continue Reading]

Jokowi Diminta Dukung Batik Betawi Bersaing Dengan Pekalongan

Beberapa perwakilan dari Keluarga Batik Betawi (KBB) mendatangi kantor Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Mereka meminta perhatian pihak Pemprov agar kelestarian Batik Betawi tetap terjaga.

"Kami menghadap Pak Jokowi untuk meminta perhatian pemprov terkait Batik Betawi," kata salah satu pengurus Keluarga Batik Betawi Shanda di Balaikota DKI, Rabu (12/6), seperti dilansir merdeka.com

Shanda menilai Batik Betawi ini mempunyai potensi untuk bisa bersaing dengan Batik Pekalongan yang namanya sudah terkenal di seluruh penjuru negeri. Namun karena kurang perhatian dan dukungan pihak pemprov hal itu sulit terwujud.

"Setidaknya bisa bersaing dengan Batik Pekalongan," ujarnya.

Shanda juga menjelaskan untuk promosi pihaknya sudah beberapa kali membuat pameran di berbagai kesempatan. Dia juga mengaku Batik Betawi juga memiliki beberapa peminat.

"Kami sudah ada 10 pengrajin batik, mereka semua adalah ibu rumah tangga yang berasal dari Betawi asli," imbuhnya.

Untuk saat ini, lanjutnya, pihaknya hanya ingin menyosialisasikan Batik Betawi itu agar dikenal masyarakat dan tidak berniat secara fokus untuk menjualnya.

"Untuk saat ini kami hanya berkonsentrasi membuat workshop saja, untuk penjualan kami serahkan ke para pengrajin," pungkasnya.

Motif batik ini pun beragam dari mulai motif monas, motif Balaikota, Si Pitung, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Jakarta.
[Continue Reading]

Jenis-jenis Kain Batik

Jenis-jenis kain batik sangatlah beragam, sama halnya dengan jenis kain untuk membuat bahan lainnya, sangatlah beragam. Salah satu kain batik yang bagus adalah kain sutera. Karena terbuat dari sutera, maka biasanya harganya lebih mahal dibanding kain batik yang ada pada umumnya.

Jika anda ingin membeli baju batik perhatikan bahannya. Apakah batik tersebut terbuat dari bahan sutera, katun prima, primisima, polisima, dobi, paris, atau shantung. Jenis-jenis kain batik tersebut ini berbeda-beda tektur maupun bahan dasarnya. Sekedar Informasi untuk anda. Berikut merupakan beberapa jenis kain yang digunakan untuk bahan dasar pembuatan batik.

Kain Mori
Kain mori adalah kain tenun berwarna putih yang terbuat dari kapas. Ada dua jenis kain mori yang sering dijadikan kain batik yaitu : kain mori yang telah mengalami proses pemutihan(bleaching) dan kain mori yang belum diputihkan yang biasa disebut kain blacu. Batik sebagian menggunakan bahan mori sebagai bahan utama yang mudah diproses. Kualitas kain mori sangat tampak pada kehalusan tekstur kain, sehingga kain mori tersebut selain dari cara membatik dari proses pembatikan juga akan mempengaruhi kualitas batik yang dihasilkan.

Jenis-jenis kain mori antara lain:

Mori Primissima
Merupakan kain mori yang paling halus dan biasanya digunakan untuk membatik jenis batik tulis yang sangat halus. Mori ini biasanya dalam bentuk gulungan (piece) dengan lebar 1,06 m dan panjang 15,5 m. Susunan atau konstruksi primissima menggunakan benang Ne 50-56. Kepadatan (tetel) benang untuk lusi antara 105-125 per inch(42-50 per cm) dan untuk pakan antara 100-120 per inch (42-50 per cm).

Mori Prima
Merupakan mori yang mempunyai kualitas kedua setelah mori primissima.Mori ini biasanya juga digunakan untuk membatik tulis maupun batik cap.Susunan atau konstruksi prima menggunakan benang Ne 36-46 dan jenis mori ini mengandung kanji kurang lebih 10%.

Mori biru
Kain mori ini merupakan golongan ketiga, yang biasa digunakan untuk membatik yang bukan batik halus, hal ini dikarenakan Susunan atau konstruksi mori biru ini hanya menggunakan benang Ne 28-36 untuk benang lusi dan Ne 26-34 untuk benang pakan, sehingga bisa mempengaruhi proses pembatikan dan pewarnaannya.

Selain ketiga jenis mori diatas, seiring dengan semakin pesatnya laju teknologi dan perkembangan tekstil dunia maka kain mori semakin beragam jenisnya. Hal inipun dimanfaatkan para pembatik dan pengrajin batik untuk memanfaatkan mori-mori  ini karena kualitasnya juga sangat bagus dan baik untuk dijadikan bahan batik seperti batik tulis maupun batik cap

Kain Katun
Kain katun adalah kain yang umum digunakan untuk batik.Kain katun ada beberapa tingkatan. Berikut merupakan jenis jenis kain katun dan kain bahan dasar batik lainnya.

Kain Katun Primissima, Prima, dan Polisima
Kain katun primisima lebih bagus dari katun prima, dan kain polisima paling bagus diantara keduanya.Masing-masing katun tersebut ada beberapa tingkatan pula.Ada yang kasar dan tipis, lebih halus dan tebal dan paling tebal serta halus.Semua tergantung dari campuran serat kapas yang digunakan dalam pembuatan kain tersebut. Berikut perbedaan lebih detailnya:

Bahan Grey
Bahan ini bisa di katakan “bahan unfinish” karena masih ada proses selanjutnya yang memang sengaja tidak di lalui dengan maksud untuk memangkas harga. Bahan ini sengaja tidak di putihkan warna nya dan biasanya untuk penggunaan motif batik yang tidak menggandung unsur warna putih.

Bahan Prima 70/60
Bahan ini biasanya digunakan untuk membuat seragam batik yang lebih menitik beratkan pada harga yang ekonomis. Namun demikian tidak berarti batik yang menggunakan bahan ini jelek… dengan proses yang baik akan menghasilkan yang baik juga namun memang dari segi bahan tidak bisa di pungkiri terlihat tipis dan bahannya tidak rapat ( jawa = Arang ) karena benang yang di pintalkan tidak banyak.

Bahan Prima Super / Prima Mercerized ( Baca masres )
Bahan ini paling banyak digunakan untuk pembuatan seragam sekolah, selain harga yang relatif masih murah, bahan ini juga kelihatan lebih tebal dibanding bahan prima biasa karena memang pintalan benangnya lebih banyak dan halus karena sudah melalui proses Mercerized ( pembakaran bulu pada bahan )

Bahan Prima Mercerize Sanforized
Bahan ini kelihatan lebih halus dan lebih tebal di banding bahan prima mercerized yang mana sebenarnya konstruksi keduanya sama namun yang membedakannya selain menggunakan benang katun yang lebih kecil yang menjadikan bahan ini tingkat kerapatannya tinggi, bahan ini juga telah melalui proses Sanforized yaitu proses dimana kain sudah dimatangkan ( tidak menyusut ) dalam proses produksinya.

Bahan Primisima
Benang yang digunakan memiliki tekstur lebih halus dan volume benangnya lebih kecil dibandingkan bahan prima, hal ini yang membuat bahan primis menjadi lebih halus dan kelihatan lebih tebal. Bahan ini lebih mahal dari prima karena pintalan benang yang kecil mengharuskan lebih banyak benang yang di perlukan untuk membuat lembaran bahan selain benang yang digunakan juga lebih bagus kualitasnya dibanding bahan prima.

Kain Katun Shantyu atau Juantyu
Merupakan jenis kain katun juga yang melalui proses sanforized pada saat proses pabrikasi. Kain katun diberikan campuran sodium  hydroxide agar ketika diwarna, menghasilkan warna yang lebih cerah dan lebih bagus. Ketebalan jenis kain Shantyu juga bermacam2, Shantyu super memiliki ketebalan yang hampir sama dengan kain primis. Umumnya Kain Shantyu memiliki ukuran kain yang lebih lebar dibanding kain primis / prima. Kain Shantung teksturnya halus dan dingin.

Kain Katun Mesres
Bahan kain yang digunakan lainnya adalah KATUN MESRES, Katun mesres (sebutan kebanyakan orang) adalah berasal dari kata “mercerized”, yaitu salah satu proses di pabrik tekstil agar menghasilkan kain cotton (katun) yang apabila kain dicuci tidak banyak menyusut, dan penyusutannya tidak lebih dari 10%.

Kain Katun Dobi
Mori katun dobi adalah campuran dari bahan katun dan polyester.Ciri utama dari mori katun dobi adalah terdapat motif serat yang menarik (kotak, garis, abstrak). Kain Dobi bisa dibilang sebagai kain setengah sutera, ada beberapa tingkatan seperti halnya katun prima & primisima dari yang kasar hingga halus, ciri khas dobi terletak pada tekstur kasarnya. Jadi pada dobi yang paling haluspun kita akan merasakan serat-seratnya yang menonjol.

Kain paris
Kain Paristeksturnya lembut dan jatuh. Bahannya tipis dengan serat kain yang kuat. Kain parispun memiliki tingkatan-tingkatan seperti kain-kain yang lain.

Kain Serat nanas
Serat nanas teksturnya kasar mirip dobi.Biasanya terlihat sulur-sulur pada kain tersebut dan mengkilap.Hampir semua kain mempunyai tingkatan dari yang paling kasar sampai yang paling halus.Tergantung dari pencampuran bahan dasar pembuatan kain.

Kain Sutera
Sutera terbuat dari serat kepompong ulat sutera.Sutera merupakan salah satu bahan pakaian terindah di dunia.Sejak jaman dahulu, sutra telah digunakan untuk pakaian yang istimewa. Saat mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra, kita akan merasakan kenyamanan dan kelembutan dari bahan sutra tersebut. Namun pakaian yang terbuat dari sutra memiliki banyak keunggulan

Demikian artikel tentang jenis-jenis kain batik, semoga bermanfaat.
[Continue Reading]

Macam-macam Canting Batik

Ada begitu banyak macam-macam canting batik yang biasa dipakai dalam pembuatan baik. Canting batik ini dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu:

a. Menurut fungsinya
Canting Reng-rengan
Canting reng-rengan dipergunakan untuk membatik Reng-rengan. Reng-rengan (ngengrengan) ialah batikan pertama kali sesuai dengan pola sebelum dikerjakan lebih lanjut. Orang membatik reng-rengan disebut ngengreng. Pola atau peta ialah batikan yang dipergunakan sebagai contoh model. Reng-rengan dapat diartikan kerangka.

Biasanya canting reng-rengan dipergunakan khusus untuk membuat kerangka pola tersebut, sedangkan isen atau isi bidang dibatik dengan mempergunakan canting isen sesuai dengan isi bidang yang diinginkan. Batikan hasil mencontoh pola batik kerangka ataupun bersama isi disebut Polan. Canting reng-rengan bercucuk sedang dan tunggal.

Canting Isen
Canting Isen ialah canting untuk membatik isi bidang, atau untuk mengisi
polan. Canting isen bercucuk kecil baik tunggal maupun rangkap.

b. Menurut besar kecil cucuk
Canting dapat dibedakan :

  • Canting carat (cucuk) kecil.
  • Canting carat (cucuk) sedang.
  • Canting carat (cucuk) besar.
c. Menurut banyaknya carat (cucuk)
Canting dapat dibedakan :
Canting cecekan.
Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk membuat titik- titik kecil (Jawa : cecek). Orang membuat titik-titik dengan canting cecekan disebut “nyeceki”. Selain untuk membuat titik-titik kecil sebagai pengisi bidang, canting cecekan dipergunakan juga untuk membuat garis-garis kecil.

Canting loron.
Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk dua,berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis rangkap.

Canting telon
Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga dengan susunan bentuk segi tiga. Kalau canting telon dipergunakan untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.

Canting prapatan
Prapatan dari kata papat yang berarti empat. Maka canting ini bercucuk empat, dipergunakan untuk membuat empat buah titik yang membentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.

Canting liman
Liman dari kata lima. Canting ini bercucuk lima untuk membuat bujursangkar kecil yang dibentuk oleh empat buah cicik dan sebuah titik ditengahnya.

Canting byok
Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh buah atau lebih dipergunakan untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri dari titik-titik, ; sebuah titik atau lebih, sesuai dengan banyaknya cucuk, atau besar kecilnya lingkaran. Canting byok biasanya bercucuk ganjil.

Canting renteng atau galaran
Galaran berasal dari kata galar, suatu alat tempat tidur terbuat dari bambu yang dicacah membujur. Renteng adalah rangkaian sesuatu yang berjejer ; cara merangkai dengan sistem tusuk. Canting galaran atau renteng selalu bercucuk genap ; empat buah cucuk atau lebih : biasanya paling banyak enam buah, tersusun dari bawah ke atas.

Demikian macam-macam canting batik yang perlu diketahui, semoga bermanfaat.
[Continue Reading]

Koleksi Batik Terbaru Alleira

Ada yang menarik dalam pameran Enjoy Jakarta Travel Mart yang diadakan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. DKI Jakarta di Bangkok hari ini, Rabu (29/10/2014). Dalam pameran tersebut, merek busana batik Alleira memamerkan koleksi terbarunya untuk musim ini.

Acara yang diselenggarakan di Ballroom 1 Shangrila Hotel, Bangkok - Thailand ini dimaksudkan untuk semakin mengenalkan batik Indonesia di mata dunia. Batik ini bukan lagi suatu hal yang “kuno” atau ketinggalan zaman, melainkan suatu kebudayaan tradisional yang mampu dikemas dengan moderen, seperti dilansir laman liputan6.com

Dalam pagelaran busananya, Alleira menampilkan koleksi busana wanita yang mencerminkan tingkat feminitas berkarakter, terinspirasi dari bunga yang bermekaran dengan indah, berwarna cantik dan aroma harum yang dapat memberikan pengaruh. Pada fashion show kali ini, Alleira Batik akan menampilkan peragaan busana yang terbagi dalam dua sequence.

Dalam sequence pertama, koleksi yang ditampilkan memiliki siluet yang simpel, sederhana namun elegan. Menghadirkan irama yang memadukan warna-warna bunga ditaman dengan garis tegas motif bunga yang khas dalam sentuhan warna hitam serta hijau. Terdiri dari dress selutut dipadu dengan coat yang terbuat dari material katun tekstur serta sutra ATBM berkualitas tinggi.

Sementara pada sequence kedua, dihadirkan detail dari indahnya kelopak bunga yang lembut dan begitu ringan, sehingga bisa dengan mudah terbawa hembusan angin. Filosofi dari koleksi ini adalah di balik keindahannya dan kelembutannya yang mudah terbawa arus, bunga justru bisa menjadi kekuatan perubahan dari setiap gelombang yang membawanya. Itulah sebabnya sequence ini menghadirkan warna putih dan abu-abu, dengan sentuhan hitam dan biru serta warna-warna metalik diatas material ATBM, supersilk, lace, organza, dan jacquard. Disini, motif khas Alleira berpadu cantik dengan motif massive floral, tail and tile, serta ornamen pada border. Ditambah unsur detail lace, lipit, ruffles, serta siluet yang menonjolkan feminitas wanita, koleksi ini memang maksimal menunjukkan kekuatan wanita yang disampaikan dengan penuh kelembutan.




[Continue Reading]

Pemenang Kompetisi Batik Taiwan Excellence

Taiwan External Trade Development Council (TAITRA) akhirnya mengumumkan jawara dari Kompetisi Batik Taiwan Excellence pertamanya. Kompetisi ini sendiri sudah berjalan sejak 27 Agustus 2014 dan berakhir pada 29 September 2014. Setelah melalui berbagai proses seleksi dari dewan juri kenamaan seperti Nonita Respati (Desainer dan Pemilik Purana Batik), Tony Lin (Direktur TAITRA Jakarta) dan Whulandary Herman (Celebrity Endorser Taiwan Excellence 2014) akhirnya kompetisi ini mengumumkan pemenang utama yang jatuh pada Sugeng Wijayanto asal Jakarta.

Sugeng didapuk menjadi pemenang karena ia mampu memadupadankan antara karakteristik batik Indonesia dengan filosofi Taiwan Excellence yang bernilai, andal dan inovatif. Permainan tujuh warna yang cantik membuat batik milik Sugeng memiliki daya tarik tersendiri, seperti dikutip dari liputan6.com

"Dalam proses pembuatan yang memakan waktu tujuh hari ini, saya menggabungkan antara motif Taiwan Excellence dengan motif Madura, Kawung, Kalimantan dan geometris. Sementara untuk teknik, saya menggunakan sablon malam cair," ujar Sugeng Wijayanto.

"Kami sangat senang mengetahui jika banyak masyarakat Indonesia yang antusias dengan kompetisi tersebut. Kompetisi ini menjadi wadah bagi masyarakat dalam menyalurkan segala kreativitas dan ide mereka. Dengan dukungan produk dan merek berkualitas Taiwan, kami berharap akan semakin banyak bakat Indonesia yang bereksperimen dengan sisi kreatif mereka dan berkompetisi di kancah global," ujar Tony Lin, Direktur TAITRA Jakarta saat ditemui di Bebek Bengil, Jakarta, Kamis (13/11/2014).Selain Sugeng, ada pula beberapa nama pemenang lainnya. Di antaranya seperti Utsman Amiruddin Sulaiman, Melita Mulyani, Siswo Setyo Utomo dan Heru Puruhito.



[Continue Reading]

Rabu, 19 November 2014

Sejarah Panjang Batik Tulis

Sebelum batik cap ditemukan, para pembuat batik hanya membuat batik tulis saja. Karena saat itu alat-alat batik tidak semodern sekarang ini. Namun, walaupun sudah ada batik cap dan batik printing, batik tulis masih banyak dinikmati. Hal itu dikarenakan terkesan lebih unik dilihat dari proses pembuatannya.

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerjaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Seni batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian Batik Tulis ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan ialah semuanya Batik Tulis sampai awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia I selesai atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam, banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh perdagangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Seni batik adalah seni menggambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya Batik Tulis dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing.

Lama-lama seni batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Batik Tulis di Jaman Majapahit

Batik Tulis yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik tulis asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan di daerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan di sekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluarga kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal di wilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik tulis asli.

Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Di luar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tingi dan sebagainya.

Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia I yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya di pasar Porong Sidoarjo. Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.

Ciri khas dari batik tulis Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Tempat pembatikan yang dikenal sejak lebih dari seabad lalu adalah di desa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.

Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.

Ketika berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kyai yang statusnya turun-temurun. Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.

Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Salah satu sentra batik sejak dahulu ada di daerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Solo yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-19. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Solo yang menetap di daerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tersebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.

Batik Tulis di Jaman Penyebaran Islam

Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.

Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.

Waktu itu seni batik tulis baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. Di samping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar di pesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni batik tulis keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batik tulis nya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.

Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain: pohon tom, mengkudu, kayu tingi. Sedangkan bahan kain putihnya juga memakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih impor baru dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.

Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.

Demikian sejarah panjang batik tulis yang perlu diketahui. Semoga dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa lebih melestarikan budaya ini.
[Continue Reading]
Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates